Mu’adz bin Jabal (w. 17 H); Mufti Anshar di Masa Rasulullah

<br /> <table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody> <tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjnH5sRl0tw71D64-lPytin6JLs9y9NVVaDg0KCbYalEeInNnPLm3lU9-RDcUWcDbCiERU5A2hpqbtQres-Hu_bScYzR4-ToywKXRdt-Id9N3gg_-xPd9mV8qQlM0B-SOH0cXgH3VgSZh4/s1600/Muadz.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img alt="Kisah Sahabat Muadz bin Jabal" border="0" data-original-height="322" data-original-width="564" height="182" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjnH5sRl0tw71D64-lPytin6JLs9y9NVVaDg0KCbYalEeInNnPLm3lU9-RDcUWcDbCiERU5A2hpqbtQres-Hu_bScYzR4-ToywKXRdt-Id9N3gg_-xPd9mV8qQlM0B-SOH0cXgH3VgSZh4/s320/Muadz.jpg" title="Sahabat Muadz bin Jabal" width="320" /></a></td></tr> <tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Ilustrasi: Sahabat Muadz bin Jabal</td></tr> </tbody></table> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"> <span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"> <span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Beliau adalah seorang sahabat dari kalangan Anshar suku Khazraj. Salah satu dari empat sahabat yang di sebut sebagai pakar al-Quran, sebagaimana sabda Rasulullah: <i>“Pelajarilah al-Quran dari empat orang; yaitu Ibnu Mas’ud, Ubay bin Ka’ab, Mu’adz bin Jabal dan Salim (bekas budak Abi Hudzaifah)”.</i> <o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"> <span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Sahabat Muadz bin Jabal adalah seorang pemuda yang memiliki keelokan wajah dan kemuliaan akhlak. Sebagian sejarawan menyebutkan bahwa beliau berasal dari kalangan Bani Salamah, menjadi Muslim saat peristiwa Baiatul Aqabah pada umur 18 tahun. <o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"> <span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Dalam ajaran Islam, semua orang memiliki hak dan derajat yang sama, tidak ada sistem kasta dalam Islam. Penilaian utama mengenai kedudukan seseorang hanya ditinjau dari sisi ketakwaan. Dari sini, Islam mampu menyatukan seluruh lapisan masyarakat yang memiliki keanekaragaman suku dan kabilah. Dalam hal ini, Rasulullah membentuk ikatan persaudaraan antara kaum Muhajirin dan Anshar. Di Madinah, sahabat Muadz bin Jabal di persaudarakan dengan Abdullah bin Mas’ud. <o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"> <span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Semenjak masuk Islam, beliau selalu mengabdikan dirinya secara penuh di jalan Allah. Hal ini terbukti dari keaktifan beliau dalam mengikuti perang Badar, Uhud, dan berbagai peperangan lainnya. Di samping itu, beliau dikenal sebagai sahabat yang alim dan termasuk dari para sahabat Anshar yang pernah berfatwa di masa Rasulullah. <o:p></o:p></span><br /> <blockquote class="tr_bq"> <span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Baca Juga <a href="https://annajahsidogiri.id/2017/09/sahabat-nabi-komunitas-terbaik/">"Sahabat Nabi sebagai Komunitas Terbaik"</a></span></blockquote> </div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"> <span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Fakta sejarah mencatat bahwa beberapa sahabat yang pernah berfatwa di masa Nabi dari kalangan Muhajirin adalah Umar bin Khaththab, Utsman bin ‘Affan dan ‘Ali bin Abi Thalib. Sedangkan dari kalangan Anshar adalah Ubay bin Ka’ab, Mu’adz bin Jabal, dan Zaid bin Tsabit.</span><span lang="IN"> </span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"> <span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Kredibilitas keilmuan beliau juga pernah di akui oleh Rasulullah dalam sabdanya: “...<i>Orang yang paling alim mengenai halal dan haram adalah Mu’adz bin Jabal</i>...”. Karena itulah sahabat Mu’adz menjadi salah satu delegasi Rasulullah untuk wilayah Yaman. sahabat Muadz bin Jabal diutus ke Yaman sebagai pengajar al-Quran dan syariat Islam, serta menjadi pemutus permasalahan jika terjadi permasalahan. Beliau baru pulang dari Yaman setelah wafatnya Rasulullah. <o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"> <span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Pada masa pemerintahan Sayyidina Umar, sahabat Mu’adz bin Jabal diangkat sebagai pengganti Abu Ubaidah yang saat itu menjabat gubernur Syam. Tapi tak berapa lama beliau terserang wabah penyakit menular yang menyebabkan kewafatannya. kematian sahabat Muadz bin Jabal terjadi di tahun 18 H di wilayah Yordania pada usia 38 tahun. <o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"> <b style="font-size: small; text-indent: 36pt;"><br /></b></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: justify; text-indent: 36.0pt;"> <b style="font-size: small; text-indent: 36pt;">Rep: </b><span style="font-size: x-small; text-indent: 36pt;">Binkhozin</span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: left; text-indent: 36pt;"> <span lang="IN"><span style="font-size: x-small;"><b>Penulis: </b>M. Zaki Ghufron</span><b style="font-style: italic;"><o:p></o:p></b></span></div> <br />

Biografi Sahabat Muadz Kisah Teladan Sahabat Nabi Sejarah Para Sahabat Mu’adz bin Jabal (w. 17 H); Mufti Anshar di Masa Rasulullah

Ilustrasi: Sahabat Muadz bin Jabal Beliau adalah seorang sahabat dari kalangan Anshar suku Khazraj. Salah satu dari empat sahabat ya...

Baca selengkapnya »

Menyingkap Teori Berfikir Kaum Sufi

<br /> <div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"> <br /></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOlSs96Fp-COkY44pWr6TC3DUlHEB9BZY8jCF8CnbIQUl-l5Csb4axpcHdapdO0od8gYXKRgrNTYyFEVMI8BtYg-GVKIqH-QLTxwzg1YrljM0wvqAupXKGYiMEdxxVCke-txPGMqr__CE/s1600/sufi.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="960" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOlSs96Fp-COkY44pWr6TC3DUlHEB9BZY8jCF8CnbIQUl-l5Csb4axpcHdapdO0od8gYXKRgrNTYyFEVMI8BtYg-GVKIqH-QLTxwzg1YrljM0wvqAupXKGYiMEdxxVCke-txPGMqr__CE/s320/sufi.jpg" width="320" /></a></div> <div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;"> <span lang="IN" style="mso-ascii-font-family: Calibri; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;">Konon, suatu hari Syaikh Ibrahim bin Adham, keluar rumah hendak mengunjungi seorang sahabat. Di tengah jalan sang syaikh bertemu seorang prajurit. Melihat ada orang asing, si prajurit lalu bertanya: “Apakah engkau seorang budak sahaya?” “Betul,” jawab syaikh singkat. “Bisakah engkau tunjukkan, dimana arah pemukiman penduduk?” Tanpa sepatah kata, Ibrahim menuding ke arah kuburan. <o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;"> <span lang="IN" style="mso-ascii-font-family: Calibri; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;">Si prajurit meyakinkan jawaban syaikh dengan mengulang pertanyaannya. Kali ini Syaikh Ibrahim menjawab lugas: “Kuburan”. Si prajurit geram lalu memukul kepala beliau hingga mengucurkan darah. Bukannya marah, Ibrahim malah mendoakan si prajurit masuk surga. Kala ditanya perihal sikapnya Ibrahim beralasan: “Bukankah prajurit itu telah menghadiahiku sebongkah pahala? Sudah selayaknya aku balas kebaikannya”. Berkat sabar menahan emosi dan tidak meluapkan amarah, Syaikh Ibrahim bisa memetik pahala besar. <o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;"> <span lang="IN" style="mso-ascii-font-family: Calibri; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;">Dunia sufi memang penuh rahasia. Perilaku dan tutur kata sarat akan makna. Nalar dan corak berpikirnya sulit dicerna kalangan akar rumput. Kisah tadi merefleksikan kearifan kaum sufi. Mereka tidak kenal dengki, sakit hati, balas dendam, atau perangai buruk lainnya. Air tuba dibalas air susu, racun ditukar madu. Di aniaya dan dizalimi malah mendoakan masuk surga orang yang menganiaya dan menzalimi. <o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;"> <span lang="IN" style="mso-ascii-font-family: Calibri; mso-bidi-font-family: Calibri; mso-hansi-font-family: Calibri;">“Teori terbalik”, barang kali itu yang mewakili pola pikir kaum sufi. Melihat sesuatu dari sudut yang jarang dijamah kebanyakan orang. Yang buruk terasa baik, pahit malah berasa manis. Kaum sufi begitu memahami hakikat suatu perkara, mengunci cela-cela yang rawan dimanfaatkan setan terkutuk. Sikap mengagumkan juga ditunjukkan Syaikh al-Ahnaf. <o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;"> <span lang="IN">Syaikh al-Ahnaf bin Qais pernah dicaci maki habis-habisan oleh seorang lelaki. Respon beliau hanya diam seribu bahasa, menikmati kata-perkata yang dilontarkan lelaki itu. Pahit dan kasarnya cemoohan terdengar sayu dan mengalun indah di telinga beliau. Malah beliau mengkhawatirkan lelaki pencaci tadi, takut ucapannya terdengar warga sekitar yang akan membikin warga bertindak anarkis kepadanya. Begitu bijak para sufi menyikapi perilaku seseorang. Budi luhur yang kokoh tertancap dalam sanubari mereka, mengakar kuat hingga menjadi jati diri sejati. <o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;"> <span lang="IN">Para sufi ini tentu tidak berkreasi sendiri, mereka menapak-tilasi prototipe sempurna Muhammad SAW. Bukankah amat masyhur cerita perlakuan buruk orang-orang Arab Jahiliyah kepada beliau. Mereka menuduh Rasulullah sebagai tukang sihir, melempari beliau dengan kotoran unta dan kerikil tajam. Namun, betapa mulia hati beliau yang berdoa: “</span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "arial" , "sans-serif"; mso-ansi-language: EN-US; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِقَوْمِيْ فَاِنَّهُمْ لَايَعْلَمُوْنَ</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span lang="IN"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>”, untuk membalas kelakuan keji mereka. <o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;"> <span lang="IN"><br /></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-indent: 36.0pt;"> <span lang="IN"><br /></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: left;"> <span lang="IN"><span style="font-size: x-small;"><b>Rep: </b>Binkhozin</span></span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: left;"> <span lang="IN"><span style="font-size: x-small;"><b>Penulis: </b>Saharudin Yusuf</span><i style="font-weight: bold;"><o:p></o:p></i></span></div> <br />

Kisah Para Sufi Kisah Teladan Tasawuf Menyingkap Teori Berfikir Kaum Sufi

Konon, suatu hari Syaikh Ibrahim bin Adham, keluar rumah hendak mengunjungi seorang sahabat. Di tengah jalan sang syaikh bertemu seora...

Baca selengkapnya »

Kado Buat Sang Dai

<br /> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiVZG1W3gN1cS6kvlJ_S7CwLpHEqrd7aWk-XUD7SOW9HJkQgHBQal6cRZvzN72sw5khlgwdNdAVaulR6Nx8oYH559EhT6VjVkbr6rbSA6FHiIBdmm6ugsWDuwA8ZzWjYNmivQOim5qq9Ko/s1600/Habib+Taufiq.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Habib, Mubalig Pasuruan yang terkenal tegas" border="0" data-original-height="1067" data-original-width="1600" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiVZG1W3gN1cS6kvlJ_S7CwLpHEqrd7aWk-XUD7SOW9HJkQgHBQal6cRZvzN72sw5khlgwdNdAVaulR6Nx8oYH559EhT6VjVkbr6rbSA6FHiIBdmm6ugsWDuwA8ZzWjYNmivQOim5qq9Ko/s320/Habib+Taufiq.jpg" title="Habib Taufiq bin Abdul Qadir as-Segaf" width="320" /></a></div> <div align="center" class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: center; unicode-bidi: embed;"> <span lang="AR-SA" style="font-family: "arial" , "sans-serif"; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;"><br /></span></div> <div align="center" class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: center; unicode-bidi: embed;"> <blockquote class="tr_bq"> <span lang="AR-SA" style="font-family: "arial" , "sans-serif"; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">لَا يَكْمُلُ حَالُ الدَّاعِي اِلَى الله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ حَتَّى يَكُوْنُ قَوْلُهُ وَفِعْلُهُ حُجَّةً عَلَى جَمِيْعِ الْمًؤْمِنِيْنَ</span><i><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">“Belumlah sempurna haliyah seorang dai-yang mengajak kembali ke jalan Allah sang penguasa alam semesta-sehingga perbuatan dan ucapannya menjadi hujjah bagi seluruh orang mukmin.”</span></i><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">(Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad)</span></blockquote> </div> <div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"> <span dir="LTR"></span></div> <div class="MsoNormal"> <br /> <span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Seperti malam-malam jumat sebelumnya, sekelompok santri lebih memilih duduk rapi di serambi masjid daripada ngobrol <i>ngalor-ngidul </i>di Selatan sungai, meskipun malam itu memang malam libur. Mereka memilih duduk di sana menunggu untaian mutiara dan cahaya yang akan disampaikan di malam itu. Oleh salah seorang dzurriyah Rasulullah saw yang begitu mereka cintai, Habib Taufiq bin Abdul Qodir as-Segaf, dai kharismatik asal Pasuruan yang dikenal cukup tegas dalam menyuarakan kebenaran.</span></div> <div class="MsoNormal"> <span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Dalam majelis itu Habib Taufiq mengkaji sebuah karya fenomenal dari seorang <i>dai ilallah</i> asal Yaman, Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad-yang lebih dikenal dengan shahibu Ratibul Haddad. Karya itu adalah kitab al-Hikam. Berisikan kutipan-kutipan kalam hikmah yang dalam kandungan maknanya, serta cukup sulit untuk dipahami sendiri.<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Kajian malam itu sampai pada kalam hikmah ke-29, berisikan kutipan kalam hikmah yang telah saya tulis di atas. Dalam penjelasannya beliau mengatakan bahwasannya berbahaya bagi orang mukmin untuk tidak mengikuti petunjuk yang diutarakan oleh seorang dai yang perbuatannya sudah sama dengan ucapannya. Hal itu diisyaratkan oleh redaksi “</span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "arial" , "sans-serif"; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">حُجَّةً عَلَى جَمِيْعِ الْمًؤْمِنِيْنَ</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>”.<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Lebih lanjut, beliau juga menjelaskan bahwa dakwah tidak melulu dilakukan dari mimbar ke mimbar. Dakwah ada tiga macam; dengan ucapan (termasuk tulisan), dengan perbuatan <i>(af’al),</i> serta dengan hal, mengenai dakwah denga hal beliau mencontohkan seorang guru yang selalu mendoakan para muridnya, mengetuk pintu langit di sepertiga malam terakhir, mengemis pada Sang penguasa jagad agar memberi ilmu manfaat kepada para muridnya.<o:p></o:p></span></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0s0utvwQYL6-1EofBXsWwym_tyodB34cRe4sUwPGm4SbA_alccnUn3ACsdPdwC7zrV2AaAM5MubWU_y5Ggnw_la0UOoJWHTEP4jGqqFTIvta-VHRezhTX0Q_Dcve0qwyWutV2VmFplQI/s1600/Masjid.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="802" data-original-width="1200" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0s0utvwQYL6-1EofBXsWwym_tyodB34cRe4sUwPGm4SbA_alccnUn3ACsdPdwC7zrV2AaAM5MubWU_y5Ggnw_la0UOoJWHTEP4jGqqFTIvta-VHRezhTX0Q_Dcve0qwyWutV2VmFplQI/s320/Masjid.jpg" width="320" /></a></div> <div class="MsoNormal"> <span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Dalam kesempatan itu beliau juga sempat menyitir sebuah hadis;<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal" dir="RTL" style="direction: rtl; text-align: right; unicode-bidi: embed;"> <span lang="AR-SA" style="font-family: "arial" , "sans-serif"; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">يَكُوْنُ فِيْ آخِرِ الزَّمَانٍ عُبَّادٌ جُهَّالُ</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="AR-SA" style="mso-ansi-language: IN;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span> </span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span lang="AR-SA" style="font-family: "arial" , "sans-serif"; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;"><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>, وَعُلَمَاءٌ فُسَّاقٌ</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR" lang="AR-SA" style="mso-ansi-language: IN;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span> </span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span lang="AR-SA" style="font-family: "arial" , "sans-serif"; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;"><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>(رواه البيهقي)<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><i><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>“Akan datang di akhir zaman nanti para ahli ibadah yang bodoh, dan para ulama yang fasik”</span></i><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><i><span dir="RTL" lang="IN" style="font-family: "arial" , "sans-serif"; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;"><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span> </span></i><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span style="mso-spacerun: yes;"> </span>(HR. Baihaqi)<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Beliau menjelaskan bahwa hadis itu benar-benar telah terjadi di zaman ini, beliau mencontohkan </span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "arial" , "sans-serif"; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;">عُبَّادٌ جُهَّالُ</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span> dengan orang-orang yang mengajak beribadah kepada Allah, namun dia sendiri tidak tahu halal-haram; dakwah dengan musik yang diharamkan oleh Allah, zikir akbar hingga jam 2 malam, namun salat subuhnya jam 8 pagi, sholawat bersama namun jistru jadi <i>ikhtilat</i> bersama, bahkan juga orang yang mengadakan maulid dengan uang haram, berdalih, <i>“Gak papa! Kan buat maulid! Cinta Rasul!”. </i><o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Beliau juga mengajak kepada para calon dai, agar juga berkaca dan selalu memperbaiki diri, sehingga perbuatannya bisa sama dengan ucapan dakwahnya </span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span><span dir="RTL" lang="AR-SA" style="font-family: "arial" , "sans-serif"; mso-ansi-language: IN; mso-ascii-font-family: Calibri; mso-ascii-theme-font: minor-latin; mso-bidi-font-family: Arial; mso-bidi-theme-font: minor-bidi; mso-hansi-font-family: Calibri; mso-hansi-theme-font: minor-latin;"><span dir="RTL"></span><span dir="RTL"></span>(يوافق قوله فعله)</span><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><span dir="LTR"></span><span dir="LTR"></span>. Beliau mengibaratkan dai yang hanya bisa mengajak pada kebaikan-sedang dirinya sendiri tidak melakukan kebaikan- dengan seorang ustadz yang menyuruh santri-santrinya membersihkan wc, sedangkan dirinya sendiri tidak cebok. Kan lucu.<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Di akhir pertemuan beliau mengajak para hadirin untuk selalu ber-irtibath pada Nabi Muhammad saw. Selalu ingat pada Beliau dalam keadaan apapun, dan selalu berusaha meneladai tingkah laku beliau. <i>Wallahu A’lam</i>.<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <br /> <b>Rep: </b>Binkhozin</div> <div class="MsoNormal"> <b><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Penulis: </span></b><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Mustafid Ibnu Khozin<o:p></o:p></span></div> <br />

Fikrah Tasawuf Kado Buat Sang Dai

لَا يَكْمُلُ حَالُ الدَّاعِي اِلَى الله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ حَتَّى يَكُوْنُ قَوْلُهُ وَفِعْلُهُ حُجَّةً عَلَى جَمِيْعِ الْمًؤْمِنِيْ...

Baca selengkapnya »

Mencium Makam dan Tradisi Tabaruk

<br /> <div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;"> <br /></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTQxQ1gN4FU76fnfJ9nKH9WT0DH1PvVUT8e0oFwJvvNjSJZ6BbUhdqkwSIp1Ef3NUzm2pcCcxpiSGHipteoI2pO_gj8mTAbXwgK4vxdFceOUjmTJ1rdbD-sGRb8LFK2JL0pXvatfI29Zs/s1600/36567989_201292777237088_3583875674202439680_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="720" data-original-width="1080" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgTQxQ1gN4FU76fnfJ9nKH9WT0DH1PvVUT8e0oFwJvvNjSJZ6BbUhdqkwSIp1Ef3NUzm2pcCcxpiSGHipteoI2pO_gj8mTAbXwgK4vxdFceOUjmTJ1rdbD-sGRb8LFK2JL0pXvatfI29Zs/s320/36567989_201292777237088_3583875674202439680_n.jpg" width="320" /></a></div> <div class="MsoNormal"> <span lang="IN" style="font-size: 14.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Ziarah kubur merupakan sebuah tradisi yang telah turun temurun dilakukan oleh penganut Ahlussunnah wal Jamaah, terlebih di negeri kita, bumi Nusantara. Tradisi ziarah kubur menjadi media pengingat akan hadirnya kematian. Dalam praktek yang kita saksikan ada berbagai hal yang dilakukan peziarah saat berziarah kubur, ada yang hanya duduk bersimpuh membaca tahlil dan al-Qur’an, dan ada pula yang sambil mengusap serta mencium makam. Dalam kajian kali ini penulis akan mengupas bagaimana syariat memandang tradisi mencium makam, serta hubungannya dengan tabarruk menurut Ahlusunah wal Jamaah.<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span lang="IN" style="font-size: 14.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Dalam Madzhab Syafi’i hukum asal mencium makam adalah makruh<b>.</b> Sebagaimana hal ini dijelaskan oleh Imam Nawawi dalam <i>Majmu’-</i>nya. Namun hukum makruh dalam mencium dan mengusap makam ini tidaklah mutlak. Ada beberapa hal yang bisa mengubah hukum mengusap dan mencium makam ke dalam hukum boleh atau bahkan sunah. Diantaranya adalah tujuan bertabaruk. Pendapat ini disampaikan oleh Imam Romli, dan menurut beliau pendapat ini adalah pendapat yang <i>Mu’tamad</i> (kuat) di dalam Madzhab Syafi’i.<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span lang="IN" style="font-size: 14.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Kebolehan mencium dan mengusap makam dengan tujuan tabarruk ini banyak dikupas di dalam kitab-kitab mu’tabarah madzhab Syafi’i. Seperti dalam <i>Majmu’ Syarh Muhadzdzab, Bujairami alal-Manhaj, Bughyah al-Mustarsyidin</i> dan kitab-kitab mu’tabarah fiqih Syafi’i lainnya.<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span lang="IN" style="font-size: 14.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Imam Thabrani juga mengungkapkan pendapat yang senada, bahkan menurut beliau tradisi ini merupakan kebiasaan baik yang dilakukan para ulama’ dan orang-orang shaleh. Tentunya mereka (<i>ulama’</i> dan <i>shalihin</i>) tidak akan sembarangan dalam mencium makam. Makam yang mereka cium tentunya hanya makam-makam orang yang memiliki keutamaan, seperti para nabi, wali, ulama’ dan orang-orang sholeh, dengan tujuan mengalap berkah seperti yang disebutkan di muka.<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span lang="IN" style="font-size: 14.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Bila kita menengok sejarah para sahabat, ternyata ada riwayat tentang Sayyidina Bilal bin Rabbah yang mengusap-usap dan mencium makam Nabi sebagai luapan rasa rindu tatkala beliau berkunjung ke Madinah. Dan saat itu tak ada satupun sahabat yang mengingkari tindakan beliau. <o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span lang="IN" style="font-size: 14.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Ada pula riwayat tentang seorang ulama’,<span style="mso-spacerun: yes;">  </span>yaitu al-Imam al-Hafizh Abdul Ghani bin Sa’id al-Maqdisi suatu ketika beliau ditimpa sakit bisul yang tak kunjung sembuh, beliau lalu bertabaruk dengan makam Imam Ahmad bin Hanbal. Ia usapkan tangan itu ke makam Imam Ahmad, lalu dengan kehendak Allah bisul itu sembuh dan tidak kambuh lagi.<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <b><span lang="IN" style="font-size: 14.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Kesimpulan<o:p></o:p></span></b></div> <div class="MsoNormal"> <span lang="IN" style="font-size: 14.0pt; line-height: 115%; mso-ansi-language: IN;">Hukum mencium makam -Dalam Madzhab Syafi’i- hanya berkisar makruh, mubah dan bahkan sunah, tidak sampai haram, apalagi dianggap syirik dan bid’ah, tentu itu hanyalah vonis orang-orang yang dangkal keilmuannya. Hukum makruh bisa menjadi mubah dan sunah bila yang dicium adalah makam para <i>Fudlola’ </i>(orang-orang yang memiliki keutamaan) disertai tujuan tabarruk. <i>Wallahu A’lam.<o:p></o:p></i></span></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> <span style="font-size: x-small;"><b>Rep : </b>Binkhozin</span></div> <div class="MsoNormal" style="text-align: left;"> <span lang="IN" style="line-height: 115%;"><span style="font-size: x-small;"><b>Penulis: </b>Mustafid Ibnu Khozin</span></span></div> <br />

Akidah mencium makam menurut 4 mazhab mencium makam menurut al-Quran dan Sunah Mencium Makam Orang shaleh Mencium Makam Ulama Perbedaan ulama Tabaruk Ziarah kubur wali Mencium Makam dan Tradisi Tabaruk

Ziarah kubur merupakan sebuah tradisi yang telah turun temurun dilakukan oleh penganut Ahlussunnah wal Jamaah, terlebih di negeri kita...

Baca selengkapnya »

Fadhilah Duduk Bersama Orang Shalih!

<br /> <div class="MsoTitle"> <br /></div> <div class="MsoNormal"> <br /></div> <div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifFRTbikeGjlo9LolT-0TOJ_GF66PMa86ai3eM5_tolFxFtNorvlUnI_M71qlLp_bhzYWY-I1ZKAMarFUrZR3ky3wPeJSJ68USM9KzPrgL6BjtMvO7uQ-yt4cvqur-CN4xyFHDznhZJ2o/s1600/f0032d4041602b3d1e3fc26950fc6558.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="540" data-original-width="540" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEifFRTbikeGjlo9LolT-0TOJ_GF66PMa86ai3eM5_tolFxFtNorvlUnI_M71qlLp_bhzYWY-I1ZKAMarFUrZR3ky3wPeJSJ68USM9KzPrgL6BjtMvO7uQ-yt4cvqur-CN4xyFHDznhZJ2o/s320/f0032d4041602b3d1e3fc26950fc6558.jpg" width="320" /></a></div> <br /> <div class="MsoNormal"> <i><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;"><br /></span></i> <i><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">“Wong kang shalih kumpulono”</span></i><span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">, begitulah petikan bait syair yang sering didendangkan oleh Syekher Mania, pecinta shalawat Habib Syekh bin Abdul Qadir as-Segaf. Habib Syekh memang sering menyelipkan nasehat-nasehat indah ke dalam lirik shalawat yang beliau bawakan. Persis dengan metode dakwah yang dilakukan oleh Kanjeng Sunan Bonang. Namun disini kami tidak akan membahas terlalu jauh tentang metode dakwah yang satu ini. Kami akan lebih banyak membahas isi bait dan muatan pesan di dalam bait tersebut.<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">“Duduk bersama orang-orang shaleh adalah hal paling ampuh untuk memperbaiki hati, paling dekat untukmendatangkan pengampunan Allah, paling cepat untuk menghilangkan segala macam kegundahan, serta paling berguna untuk menarik hal-hal yang disenangi.” Begitulah kutipan dawuh Habib Abdullah bin Husain bin Thahir Ba Alawi. <o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Bermujalasah dengan orang-orang shalih memang membawa banyak sekali kebaikan. Qithmir, anjing para Ashabul Kahfi, menjadi mulia karena berkumpul dengan orang-orang yang dicintai Allah. Bahkan, ceritanya dituturkan dalam al-Qur’an. Dia pun menjadi salah satu binatang yang kelak masuk surga. Bersama tuannya. Ashabul Kahfi.<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Kita juga bisa mengambil Ibrah dari sebuah kulit. Kulit ketika sudah menjadi sampul al-Quran, menyentuhnya saja tidak boleh sembarangan. Harus dalam keadaan suci dari segala macam hadas. Berkat berkumpul dengan al-Qur’an.<span style="mso-spacerun: yes;">  </span>Di situ kita bisa <i>istifadah</i> tentang besarnya pengaruh mushahabah.<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Rasulullah pernah bersabda tentang mushahabah, “Teman duduk yang shalih ibarat penjual misik. Adakalanya dia akan memberimu, atau engkau membeli darinya, atau engkau akan mendapati wangi darinya.”<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Syekh Fadhal pernah berkata, “Barang siapa shalat dibelakang orang yang diampuni, dia akan diampuni pula. Dan barang siapa duduk bersama orang-orang shalih, maka ia akan bertambah cinta pada kebaikan.”<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Setelah kita tahu besarnya faidah mushahabah dengan orang-orang shalih, yang berkat akhlak mereka kita akan tertular memiliki akhlak yang indah, yang melihat mereka merupakan suatu ibadah, yang mencintai mereka adalah sa’adah. Maka kita perlu tahu juga, bagaimana bermujalasah dengan mereka.<o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Bermujalasah dengan shalihin tidak boleh sembarangan. Jika tidak, bukan berkah dan kebaikan yang akan kita dapatkan. Justru bala’ dan penyesalan. <o:p></o:p></span></div> <div class="MsoNormal"> <span lang="IN" style="mso-ansi-language: IN;">Ketika berkumpul dengan orang-orang shalih kita harus benar-benar menjaga adab. Dhahir batin. Bila tanpa adab, maka benarlah apa yang dikatakan oleh kalam Arab, bahwa penghalang (dari rahmat Allah) yang sebenarnya bukanlah tidak dikaruniai mampu bermujalasah dengan orang shalih. Tapi penghalang sebenarnya adalah tidak tahu tata krama ketika bersama mereka. <i>Wallahu A’lam.<o:p></o:p></i></span></div> <br /> <b>Rep: </b>Binkhozin<br /> <b>Penulis: </b>Mustafid Ibnu Khozin

Binatang yang Masuk Surga Duduk Bersama orang-orang shalih Fadhilah Mujalasah Orang Shalih Kisah Ashabul Kahfi Qithmir Anjing Ashabul Kahfi Tasawuf Fadhilah Duduk Bersama Orang Shalih!

“Wong kang shalih kumpulono” , begitulah petikan bait syair yang sering didendangkan oleh Syekher Mania, pecinta shalawat Habib Sy...

Baca selengkapnya »